Rabu, 29 Juni 2016

Sejarah Desa Dander

Sejarah Desa Dander

Pada saat Zaman Hindu datanglah pengembara yang bernama Kaki dan nyai Rembi saat itu beliau bertempat tinggal di bawah Ringin Be yang berdekatan dengan sumber air yang saat ini menjadi Pemandian Tirtawana Dander. Untuk menghidupi keluarganya beliau babat hutan pandan yang sangat luas atau dalam bahasa jawa disebut panDAN anDER. Oleh karena Kaki dan Nyai Rembe berdomisili di Ringin Be, maka lambat laun dijuluki BEDANDER asal dari kata Be, kata panDAN dan kata anDER menjadi BEDANDER.

Pada zaman kerajaan Majapahit tejadi perang PAREGREG atau pemberontakan Semi dan Kuti sekitar abad VIII lokasi tersebut sudah bernama BeDander dan pernah digunakan untuk singgah/ sanggrah raja Majapahit pada masa pemerintahan raja Jayanegara bersama Patih Gajah Mada. Semakin banyaknya penghuni dan bertambah pengikut raja Jayanegara yang tertinggal maka sebutan BeDander menjadi DANDER, disebabkan adanya istilah bahasa Jawa sebutan dicekak/disingkat BEDANDER menjadi DANDER.

Pada abad XVIII dipilihlah seorang yang ditokohkan/ petinggi sebagai pemimpin diwilayah tersebut. Adapun petinggi/ Lurah/ Kepala Desa yang pernah menjabat hingga sekarang adalah sebagai berikut :

Pertama

: Mbah Bindeng dengan masa jabatan seumur hidup

Kedua

: Kardiman dengan masa jabatan seumur hidup

Ketiga

: Parto Redjo dengan masa jabatan seumur hidup

Keempat

: Redjo Diwirjo dengan masa jabatan seumur hidup s.d. tahun 1970

Kelima

: Koesmadi dengan masa jabatan : 1971 s.d. 2008

Keenam

: Juprianto dengan masa jabatan : 2008 s.d. 2014

Ketujuh

: Kiswoyo yang dilantik 30 April 2014 s.d. 2020

Kedelapan

: Juprianto dilantik 4 Mei 2020: 2020 s.d. sekarang

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar